Saturday, February 11, 2017

WOUWW... DEBAT TERPANAS !! Inilah Kronologi “Gaduh Terakhir”’ di Ruang Debat yang Tak Tertangkap Kamera.

 
WOUWW... DEBAT TERPANAS !! Inilah Kronologi “Gaduh Terakhir”’ di Ruang Debat yang Tak Tertangkap Kamera.

“Pemberitaan Pilkada kita terlalu Jakarta sentris. Seolah Pilkada hanya ada di Jakarta, Padahal ada seratus Pilkada yang lain digelar di seluruh Indonesia.”

Perkataan Ketua KPU DKU Jakarta, Sumarno tersebut menjadi pembuka dalam debat sesi ketiga pada Jumat (10/2/2017) di Hotel Bidakara, Jakarta. Secara serentak memang ada 7 provinsi, 76 kabupaten, dan 18 kota yang menggelar Pilkada 2017. Ada 116 pasangan calon melalui jalur Parpol, 37 pasangan calon melalui calon perseorangan, dan 20 daerah hanya ada satu pasangan calon mendaftar.

Di seberang Sumarno berjajar deretan kursi tamu undangan sejumlah 294 kursi. Dengan jeda ruang kosong setengah meter, di belakang barisan itu ada 330 kursi diperuntukkan bagi supporter masing-masing pasangan calon. Selain istri Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, Ani Yudhoyono yang hadir tiap agenda debat, ada berbagai tamu undangan baru. Beberapa di antaranya  Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wali kota Bogor Bima Arya Sugiarto, dan mantan Kepala Badan Intelijen Negara AM Hendropriyono.

Hendropriyono hadir bersamaan dengan rombongan pentolan PDIP ke Hotel Bidara. Hendropriyono mengenakan jas bewarna merah dan memberikan pernyataan dukungannya pada pasangan calon, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot.

Setelah Sumarno mengakhiri sambutannya, calon wakil gubernur Sylviana Murni mengangkat satu jarinya sambil tersenyum ke arah pendukungnya. Yel-yel pendukungnya pun terpancing untuk diteriakkan. Sementara itu, Djarot Saiful Hidayat berjalan ke arah kiri panggung. Dia minta diambilkan 2 buah poster dan beberapa lembar kertas catatan.

Para pendukung Pasangan Calon (Paslon) lainnya turut bersorak. Moderator debat, Alfito Deannova membiarkan kegaduhan itu terjadi. Dia terus membacakan mekanisme sesi pertama bahwa setiap Paslon secara bergantian menjelaskan visi dan misinya selama 2 menit.

Lantas Agus Harimurti Yudhoyono, menjelaskan rapor buruk petahana karena DKI Jakarta tak ramah terhadap penyandang disabilitas. Sedangkan Ahok menjelaskan bahwa hingga tahun lalu pihaknya telah membangun 188 Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTA). Hampir serupa dengan Agus, Anies Baswedan menyebutkan bahwa DKI Jakarta tak ramah anak, tidak ramah perempuan, tidak ramah warga difabel, namun terlalu ramah pada Narkoba.

Pertanyaan Alfito berlanjut pada Paslon nomor urut 2, terkait kebijakan apa yang dipersiapkan untuk menyambut bonus demografi. Ahok menjelaskan bahwa sejak tahun lalu telah memulai program memberikanRp 18 juta bagi yang lulus perguruan tinggi. “Semua orang yang sakit asal mau masuk kelas tiga akan kami tanggung. Termasuk yang gaji-gaji UMP pun kami berikan naik bus tidak bayar,” jelasnya.

Untuk Paslon nomor urut 3, Alfito memberi kesempatan menjawab selama 1,5 menit. Pertanyaannya bagaimana solusi untuk mengatasi persoalan urbanisasi warga dari luar Jakarta yang tak henti-hentinya.  Sandiaga menjawab pertanyaan tersebut dengan kata “OK OC,” yang diulang sebanyak 5 kali. Setiap Sandiaga mengatakan programnya tersebut, selalu direspons oleh para pendukung Paslon 1 dengan sorakan menyindir.

Saat dikonfirmasi, CEO dan Founder PolMark Indonesia Eep Saefulloh Fatah yang turut menjadi tim pemenangan Anies dan Sandiaga, menjelaskan dulu Joko Widodo (Jokowi) saat berkampanye pilgub DKI Jakarta juga diremehkan. Hal tersebut terkait dengan program Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar. Dia menilai kebanyakan masyarakat waktu itu menganggap sebagai kampanye yang bodoh.

“Nah OK OC sepertinya main-main gitu. Jangan remehkan itu. Dulu Pak Jokowi ke mana-mana ngeluarin kartu. Ketika dicek dalam survei, ternyata itu yang paling kena di masyarakat Jakarta,” tuturnya kepada Tirto.

Sedangkan pertanyaan Alfito kepada Paslon 3 terkait, hasil riset The United Nations Human Settlements Programme tahun 2016. Dalam hal ini ditemui masalah terkait sektor informal yang cenderung terus mengalami peningkatan. Untuk mengembangkan sektor tersebut, Agus berjanji tak akan menggusur Pedagang Kaki Lima (PKL). Selain itu, solusi yang dia tawarkan ialah dana bergulir yang dialirkan tepat sasaran.

Saat jeda setelah sesi perdana, Agus dan Sylvi digiring menuju sisi kanan panggung. Begitu juga Anies dan Sandiaga Uno, berjalan menuju sisi yang berlawanan yakni, di sisi kiri panggung. Sedangkan Ahok dan Djarot dihampiri Ketua Tim Pemenangannya, Prasetyo Edi Marsudi di bibir panggung bagian depan.

Disusul kemudian Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan Maruarar Sirait menghampiri pasangan nomor urut 2 itu. Maruar tampak memaparkan sesuatu dengan serius pada Ahok, sebelum akhirnya Ahok dan Djarot menuju sisi kanan panggung. Setelah itu Marurar kembali ke kursinya dan berbincang serius dengan Ganjar. Sedangkan di kursi Veronica Tan dan Annisa Pohan bergerombol para pendukung yang mengajak foto bersama. Ada pula Ketua Umum Partai Idaman Rhoma Irama, Hidayat Nur Wahid, Fadli Zon, Aboebakar Al Habsy, dan Setya Novanto yang asik berfoto.

Tak seperti dua debat sebelumnya, interaksi antara Paslon dengan pendukungnya bisa begitu luwes saat jeda. Panitia pelaksana yang terdiri dari gabungan media, menyediakan ruang kotak berdinding kayu tipis, dua di sisi kanan panggung dan satu di sisi kiri. Ruangan itu hanya memiliki lebar sekitar 3x4 meter. Di dalamnya disediakan beberapa kursi. Sedangkan di dinding luarnya tertempel nomor Paslon. Selain panitia dan pendukung Paslon, tak ada seorang pun yang boleh menyentuh area tersebut.

Tahap selanjutnya segmen kedua, masing-masing Paslon menjawab terkait masalah tingginya angka pengguna Narkoba. Ditambah lagi pengedarnya memiliki jaringan yang kuat, bahkan bisa dikendalikan dari dalam penjara.

No comments:

Post a Comment